Jumat, 30 Juli 2010

jenis tyumbuhan dan hewan yang ada didaerah karst

Flora
Flora di kawasan karst mempunyai keunikan dalam segala hal. Flora di kawasan karst mempunyai tingkat keendemikan yang sangat tinggi dengan potensi ekonomi yang sangat tinggi pula.
Beberapa jenis flora seperti anggrek, paku-pakuan, palem, dan pandang merupakan jenis yang terkadang hidup di tebing-tebing karst. Beberapa jenis mempunyai habitat yang sangat spesifik, seperti anggrek yang ditemukan di Borneo. famili Liliaceae, Sapotaceae, dan Simarubaceae.
Kawasan kars pegunungan Kendeng mempunyai keragaman flora. Jenis pohon dan tumbuhan yang ada antara lain Mahoni (Swietenia macrophylia), Jambu Mete (Anacardium occidentale), Randu Kapuk (Ceiba Pentandra), Randu Alas (Salmalia malabarica), Kepuh (Sterculia foetida). Jenis tumbuhan yang dibudidaya atau bersifat liar lainnya adalah aren, kluwih, kluwak, mangga, pisang, jati, kelapa, sengon, melinjo, beringin, pulai, lutungan, suren, jambu biji, wuni, eheng, glodogan, mindi dan mimba.

Fauna
Fauna di permukaan karst belum banyak diteliti, namun diyakini bahwa tebing-tebing karst merupakan habitat bagi berbagai jenis burung yang khas, seperti gelatik Jawa yang ditemukan di tebing-tebing di sekitar pantai selatan di Gunung Kidul.. Berbagai jenis mamalia juga sering dijumpai, seperti macan kumbang, macan tutul, maupun berbagai jenis karnivora lainnya.
Contoh-contoh fauna khas gua yang ditemukan di Gunung Sewu antara lain: kepiting gua (Sesarmoides jacobsoni) dan udang gua (Macrobrachium poeti). Jenis-jenis khas lainnya, seperti Isopoda terestrial yang sangat kecil, ditemukan di Gua Semuluh dan Gua Bribin, yaitu Javanoscia elongata dan Tenebrioscia antennuata.. Gunung Sewu merupakan tempat temuan jenis ikan khas gua yang sudah terancam punah, yaitu Puntius microps yang ditemukan di perairan bawah tanah.

Berbagai jenis fauna bertulang belakang juga sering ditemukan hidup di dalam gua. Fauna yang paling sering ditemui adalah kelelawar, Fauna lain seperti walet sangat banyak ditemukan di gua-gua di pesisir selatan Gunung Kidul dan memberikan fungsi ekonomi dan ekologi tersendiri.

proses terbentuknya danau

Proses terjadinya danau
Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air bisa tawar ataupun asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan.
Berdasarkan proses terjadinya, danau dibedakan :
1. danau tektonik yaitu danau yang terbentuk akibat penurunan muka bumi karena pergeseran / patahan
2. danau vulkanik yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme / gunung berapi
3. danau tektovulkanik yaitu danau yang terbentuk akibat percampuran aktivitas tektonisme dan vulkanisme
4. danau bendungan alami yaitu danau yang terbentuk akibat lembah sungai terbendung oleh aliran lava saat erupsi terjadi
5. danau karst yaitu danau yang terbentuk akibat pelarutan tanah kapur
6. danau glasial yaitu danau yang terbentuk akibat mencairnya es / keringnya daerah es yang kemudian terisi air
7. danau buatan yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas manusia

proses terbentuknya sungai

Proses Terjadinya Sungai
Air yang berada di permukaan daratan, baik air hujan, mata air, maupun cairan gletser, akan mengalir melalui sebuah saluran menuju tempat yang lebih rendah. Mula-mula saluran yang dilalui ini relatif sempit dan pendek. Namun, secara proses alamiah aliran ini mengikis daerah-daerah yang dilaluinya. Akibatnya, saluran ini semakin lama semakin lebar dan panjang, dan terbentuklah sungai.
Proses Perkembangan Sungai
Perkembangan suatu lembah sungai menunjukkan umur dari sungai tersebut. Umur di sini merupakan umur relatif berdasarkan ketampakan bentuk lembah tersebut yang terjadi dalam beberapa tingkat (stadium). Pada stadium muda pembentukan lembah mulai terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut.
a) Penampang melintang dari lembah berbentuk V, hal ini disebabkan karena daya kikis vertikal yang kuat karena gradien masih besar.
b) Sungai masih banyak mempunyai erosi basis sementara.
c) Memiliki daya angkut aliran air yang terbesar.
d) Lebar bagian bawah lembah sama dengan lebar saluran sungai.
e) Dasar lembah masih belum merata.
Pada stadium dewasa lembah sungai akan memiliki ciri sebagai berikut.
a) Gradien sungai menjadi lebih kecil.
b) Erosi yang berperan penting adalah erosi lateral, sedangkan erosi vertikal praktis sudah tidak terjadi.
c) Pada bagian akhir stadium dewasa sungai sudah mengalami pendataran dasar sungai.
d) Lembah sungai berbentuk U melebar, yang ukuran lebarnya melebihi dalamnya sungai.
e) Pada dasar lembah terdapat dataran banjir (flood plain) dan terdapat kelokan-kelokan sungai (meander).
f) Sudah tidak terdapat erosi dasar sungai, karena dasar lembah sungai sudah merata.
Pada stadium tua sungai memilik ciri-ciri sebagai berikut.
a) Gradien sungai sudah menjadi kecil.
b) Erosi yang berperan adalah erosi lateral dan lembah sungai berbentuk U melebar.
c) Terbentuk dataran banjir.